MURIATODAY.COM - Rebo Wekasan, juga dikenal sebagai Rabu Pungkasan, adalah
sebuah tradisi keagamaan yang dipraktikkan oleh umat Islam di beberapa daerah
di Indonesia. Tradisi ini dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar,
bulan kedua dalam kalender Hijriah. Bagi sebagian orang, Rebo Wekasan dianggap
sebagai hari yang penuh dengan ujian dan musibah, sehingga diperlukan doa dan
amalan khusus untuk menghindari mara bahaya. Artikel ini akan membahas sejarah,
makna, dan amalan yang terkait dengan Doa Rebo Wekasan, serta bagaimana praktik
ini dipandang dalam perspektif agama Islam.
Sejarah dan Asal Usul
Rebo Wekasan
Rebo Wekasan berakar pada tradisi masyarakat Jawa yang telah
ada sejak zaman Walisongo, para penyebar Islam di tanah Jawa. Menurut
kepercayaan lokal, pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah SWT menurunkan
320.000 macam bala atau musibah ke dunia. Karena itu, para ulama terdahulu
mengajarkan umat untuk memperbanyak doa, zikir, dan amalan-amalan sunnah
sebagai bentuk perlindungan diri.
Asal usul keyakinan ini sering kali dikaitkan dengan budaya
lokal yang menggabungkan unsur-unsur keperayaan tradisional dengan ajaran
Islam. Meskipun begitu, sebagian besar ulama sepakat bahwa kepercayaan ini
tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Namun, sebagai bagian
dari kearifan lokal, praktik ini masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat
hingga sekarang.
Makna dan Tujuan Doa
Rebo Wekasan
Makna dari Doa Rebo Wekasan adalah memohon perlindungan
kepada Allah SWT dari segala bentuk musibah dan bencana yang mungkin terjadi.
Doa ini juga menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan
berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. Dalam konteks ini, doa tidak
hanya dipandang sebagai upaya meminta keselamatan, tetapi juga sebagai bentuk
introspeksi diri dan peningkatan spiritualitas.
Secara teologis, Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu
terjadi atas kehendak Allah. Oleh karena itu, meskipun tidak ada keharusan
khusus dalam menjalankan doa ini, bagi sebagian orang, Rebo Wekasan adalah
momentum untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui doa dan amalan.
Amalan yang Dilakukan
pada Rebo Wekasan
Tradisi Rebo Wekasan biasanya diisi dengan berbagai amalan
yang bersifat ibadah. Beberapa amalan yang sering dilakukan antara lain:
1. Shalat Sunnah
Salah satu amalan
yang paling umum adalah melaksanakan shalat sunnah pada pagi hari. Biasanya,
umat melaksanakan shalat sunnah dua rakaat dengan niat memohon perlindungan
dari bala. Setelah shalat, dilanjutkan dengan membaca doa Rebo Wekasan.
2. Pembacaan Doa dan Zikir
Doa khusus Rebo
Wekasan biasanya dibaca setelah shalat sunnah. Doa ini berisi permohonan
keselamatan dari segala bencana dan musibah. Selain itu, zikir dan pembacaan
surat-surat tertentu dari Al-Qur’an, seperti Yasin dan Al-Ikhlas, juga sering
dilakukan sebagai bagian dari amalan ini.
3. Sedekah dan Kebaikan Sosial
Beberapa masyarakat
juga memanfaatkan hari ini untuk bersedekah dan melakukan kebaikan sosial
lainnya. Sedekah dipandang sebagai bentuk perlindungan dari bencana dengan
harapan mendapatkan balasan berupa keselamatan dari Allah SWT.
4. Puasa Sunnah
Sebagian umat
memilih untuk berpuasa sunnah pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Puasa ini
dilaksanakan dengan niat memohon perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.
Perspektif Ulama
Terhadap Doa Rebo Wekasan
Pandangan ulama terhadap tradisi Rebo Wekasan cukup beragam.
Sebagian ulama memandangnya sebagai bagian dari kearifan lokal yang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam, selama tidak ada keyakinan yang menyimpang,
seperti mempercayai bahwa musibah pasti terjadi pada hari tersebut. Bagi
mereka, doa dan zikir yang dilakukan pada hari Rebo Wekasan hanyalah sarana
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Namun, ada juga ulama yang mengkritik praktik ini karena
dianggap tidak memiliki landasan yang kuat dalam syariat Islam. Mereka
menegaskan bahwa segala musibah atau bala adalah ketentuan Allah yang tidak
terkait dengan hari tertentu. Karenanya, umat Islam sebaiknya fokus pada ibadah
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan tidak terjebak dalam ritual yang tidak
memiliki dasar dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Doa Rebo Wekasan dan tradisi yang menyertainya merupakan
salah satu contoh bagaimana budaya lokal dapat bersinergi dengan ajaran agama,
meskipun sering kali memicu perdebatan di kalangan ulama. Bagi sebagian
masyarakat, Rebo Wekasan adalah momen untuk memperkuat hubungan dengan Allah
melalui doa dan amalan ibadah lainnya. Namun, penting bagi umat Islam untuk
memahami bahwa perlindungan sejati hanya datang dari Allah SWT, dan tidak ada
hari yang secara khusus ditetapkan sebagai hari musibah.
Sebagai penutup, bagi mereka yang menjalankan tradisi Rebo
Wekasan, hendaknya tetap menjaga niat yang lurus dan tidak mengaitkannya dengan
keyakinan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Pada akhirnya, yang terpenting
adalah keikhlasan dalam beribadah dan mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi
atas kehendak-Nya.